dianti.site - Awalnya tuh cuma mau slow living, best.
Pengen hidup santai, dekat alam, pelihara unggas sedikit-sedikit… lalu tiap pagi minum teh sambil liatin ayam berkeliaran.
HAHAHAHA
Nyatanya?
Sekarang jumlah unggas di rumahku sudah cukup buat bikin rapat RT khusus hewan.
Total 68 ekor.
Iya, ENAM PULUH DELAPAN.
Bukan slow living, tapi full team building unggas.
Tapi ya gimana… walaupun chaotic, heboh, dan kadang bikin aku pengen pura-pura pingsan, semua itu tetap lucu dan bikin hidup makin rame.
Mari kita mulai dari awal kehebohan perjalanan manis ini.
Kalkun Si Bodyguard dengan Loyalitas Tinggi
Aku punya 9 ekor kalkun (5 dewasa + 4 remaja).
Kalau kamu belum pernah ketemu kalkun langsung, bayangin ayam… tapi versi lebih gede, lebih berotot, lebih berwibawa, dan kalau jalan ada sound effect: “tuk tuk tuk tuk”.
Kalkun-kalkun ini sekarang jadi pasukan keamanan kandang.
Beneran, kalau ada kucing lewat, mereka langsung pasang badan.
Ayam-ayam kecil sampai ngumpet di belakang mereka kayak pegawai magang di belakang manager.
Dan yang paling bikin senyum, kalkun itu makan sampai ke rumput-rumputnya juga habis.
Jadi selain bodyguard, mereka ini sekalian lawn mower hidup.
Lebih hemat listrik, lebih lucu, lebih drama.
Baca juga: Tanam Melon di Rooftop: Urban Farming Zero Waste yang Drama Banget
Ayam: dari Lokal Sampai ABG KUB-Elba
Karena hidupku udah chaotic, aku tambahin chaos lain berupa AYAM berbagai versi:
4 ayam kampung lokal, ibu-ibu kompleks, kalem tapi selalu benar.
1 ayam kampung Vietnam, aura petarung, tapi halus budi pekerti.
22 ayam KUB si mesin produksi masa depan (kalau mereka berhenti jadi ABG).
8 ayam Bangkok pasukan elite, aura garang, tapi kalau aku datang bawa pakan langsung mendadak manis.
9 ayam Elba, estetika unggas, warna cantik, vibe artis pendatang baru.
2 ayam Sentul, yang ini calon presiden unggas, genetiknya premium.
Nah, sekarang kita bahas dua spesies paling bikin ketawa: KUB & Elba.
Sampai sekarang belum bertelur sama sekali.
Bukan karena bandel.
BUKAN.
Tapi karena…
Mereka masih ABG.
Tubuhnya gede, nafsu makan tokcer, larinya kayak dikejar mantan.
Tapi sistem reproduksi masih loading.
Pantes tiap pagi aku tanya:
“Hari ini ada telur?”
Mereka jawab dengan tatapan kosong versi unggas:
“Bu… kami masih remaja. Yang ada juga PR sekolah belum kelar.”
Merpati: Penghuni Apartemen Vertikal
Jumlah merpati 13 ekor aja sih.
Kalau kandang ayam itu kayak perumahan landed house, kandang merpati ini kayak apartemen sudut kota.
Mereka memanfaatkan ruang vertikal, jadi nggak ganggu ayam bawah dan nggak bikin konflik.
Tinggalnya rukun, estetik, dan penuh PDKT tiap hari.
Kadang aku turun ke kandang cuma buat lihat merpati ngasih kode ke pasangannya:
“Cik. Cik.”
(bahasa merpati: “ayuk jalan bareng.”)
Healing murah meriah.
Sistem Polikultur, Ribet tapi Waras Dikit
Baca juga: Rooftop Garden Mode Survival di Musim Hujan, Terong Jagoannya
Produksi Telur, Konsumsi Mandiri yang Bikin Bangga
Aku melihara sendiri, nyiapin kandang sendiri, nyari pakan sendiri, motong sendiri, masak sendiri, makan sendiri.
Apakah ini self-love?
YES.
Apakah ini bentuk hidup mandiri ekstrem?
JUGA YES.
Tiap makan ayam hasil ternak sendiri rasanya kayak:
“Nih hasil kerja keras gue. No cheating. No outsourcing,”
Proud level, naik satu bintang.
Drama Harian Singkat yang sebenarnya panjang
Pagi ngasih pakan.
Sore ngasih pakan lagi.
Ada yang kabur.
Ada yang nemplok bahu.
Ada yang pura-pura pingsan kalau aku marah.
Kalkun sok budiman.
Merpati sok romantis.
Aku ngomel terus.
Tapi entah kenapa…
aku menikmati semuanya.
Dari Ngomel Jadi Sayang, Dari Chaos Jadi Cerita
Pada akhirnya, ini bukan cuma soal ngurus unggas.
Ini soal hidup yang ternyata lebih lucu, lebih ramai, lebih hangat dari dugaanku.
Tiap hari ada aja drama.
Ayam remaja lari-lari, kalkun sok jagoan, merpati pacaran.
Tapi mereka bikin aku ngerasa dibutuhin.
Ngerasa hidup.
Ngerasa nggak sendiri.
Kadang aku marah.
Kadang aku ketawa sampe melorot ke tanah.
Kadang aku cuma duduk di depan kandang sambil mikir:
“Ternyata bahagia tuh sesederhana ngeliat ayam makan rakus.”
Dan walaupun aku ngomel tiap hari…
aku selalu kembali ke kandang itu juga.
Karena ini bukan cuma peternakan.
Ini rumah. Ini cerita. Ini hidupku versi paling jujur.***
.jpeg)

Nah sama nih. Miara kucing begitu beranak 12 bingung deh diapain. Semoga tetap enjoy dan slow living dengan kegiatan barunya ya
BalasHapusBener banget mbaa salah satu kepuasan batin adalah saat melihat hewan dirumah kita itu makannya banyak duhhh kayak semacam pencapaian tersendiri gitu..meski aku enggak punya peterbakan atopun merawat unggas dirumah tapi hanya punya duo anabul tapi tiap kali melihat mereka makan banyak tuh rasanyaa hepiii hehehe
BalasHapusMasya Allah 68 ekor...keren sangat, Mba!
BalasHapusAku bercita-cita begini saat suami pensiun nanti. Pulang kampung ke Kediri, slow living bareng unggas buat kesibukan dan bonusnya untuk konsumsi pribadi. Karena kalau saat ini bisa dilaporkan ke RT aku kalau rumah komplek ternak unggas , hiks
Jadi ingat waktu dikampung ngasih makan ayam dan kalau mau dimasak rasanya nikmat tapi sedih juga karena sayangnya sama ayam
BalasHapusWaaah jadi bikin RT baru nih karena jumlah unggasnya mendekati angka 70. Ciamik eui merawatnya.
BalasHapusBtw, tiap unggas dikasih nama gak kak? Misalnya: ciko, ciki, ciku, dll hehe.
Daku pernah pelihara ayam, tapi cuma 3 ekor itu aja udah kelabakan 🤣🤣
Duh pengen niru slow living juga tapi kalau banyak banget gini pusing deh. Di rumah mertua ada ayam kampung nggak dikandangi kotoran. Di mana-mana dah pusing banget
BalasHapusEh eh itu siiihh otewe bikin peternakan nggak sih mbaaakk hahaha. Nggak slow living lagi bakal jadi pengusaha nih =))
BalasHapusTernyata selain ayam petelur juga ada merpati yaa. Huwaaahh hepi banget bisa mandiri pangan bisa menghasilkan telur sendiri di rumah. Cuma emang PR-nya di bagian membersihkan kandang dan kotorannya. Cuma kalau panen pastinya semua capek terbayarkan :D
Mbak kok bisa kepikiran miara kalkun sih? hehehe. Kalau suamiku juga pernah sebenarnya bikin peternakan ayam kecil-kecilan gitu tapi minjem lahan tetangga sayangnya peternakan itu sudah tidak ada lagi karena harga pakan ayam yang sangat tinggi kala itu.
BalasHapusHa....ha....ha.... heboh dan seru banget ngebayainnya mba....dan kerennya bisa apal semua unggas-unggas dengan klasifikasinya masing-masing . Angkat dua jempol
BalasHapusKaa Diantiii.. ajak aku main ke rumahmuuu kaa...
BalasHapusMashaAllaah~
Impian aku pissan punya rumah dan melihara banyak unggas.
Sungguh kalu kalo ditanya, "Hewan favorit apa??"
Bukan kelinci atau kucing, aku pastii jawabnya "Ayam"
Entah kenapa.. mashaAllah kalau ngliat ayam jalan tuuh.. hatiku bisa happy.. karena mereka anti-romantic juga kaan.. jadi kek persahabatan yang take and give without physical touch, gitulooo..
Waduh mau tertawa tapi takut dosa
BalasHapusHihi... Niatnya mau slow living, tapi kenyataannya malah lari-lari ngejar ayam yang kabur kayak lagi audisi Ninja Warrior, ngomel tiap sore, tiap pagi ngitung ayam kayak bendahara organisasi yang takut audit. Begitulah jadi juragan
Hehehe
Tenang, anggap aja memang bagian dari drama slow living ya...
Mbaak, Bapakku juga begitu memelihara ayam dan merpati, cuma gak punya kalkun aja. Kalau memelihara ayam cepet banget beranak pinak. Sayangnya Bapak nggak berkenan melokalisir ayam-ayamnya, jadi dibiarkan bebas. Akibatnya, ayamnya terkena wabah dan banyak yang mati huhuhu
BalasHapusMbaa Dian.. aku pun kalau bisa ingin hidup slow living sambil bercocok tanam di pekarangan rumah dan beternak. INi sih keren ya bisa konsumsi telur dari ternak sendiri. Tapi seru ya bisa interaksi sama hewan ternak yang dipelihara, kita jadi tahu bagaimana memperlakukan hewan ternak
BalasHapus