Kebun dan Ternak Rumahan, Kita Usahakan Mandiri Pangan
![]() |
| Slow Living Beternak dan Bertani |
dianti.site- Awalnya sih nggak ada niat serius banget untuk mandiri pangan dari rumah.
Cuma karena lihat peluang aja, dan aku sempatkan waktunya jadilah seperti hari ini.
Rumahku punya atap beton yang luas banget, ada kolam di bawah rumah yang nganggur, sama halaman samping yang lumayan lah daripada nganggur.
Dari situlah perjalanan kemandirian pangan ala-ala aku dimulai.
Nggak muluk-muluk, aku cuma pengen rumahku bisa jadi sumber pangan sederhana.
Eh ternyata lama-lama malah jadi kayak mini-farm.
Serius, tiap bangun tidur sekarang bukan cuma buka jendela, tapi sekalian cek hewan-hewan, siram tanaman-tanaman, sama intip ikan di kolam.
Atap Beton Jadi Kebun Hijau
Dulu atap beton rumahku cuma jadi tempat jemur pakaian.
Panas, gersang, dan yaa gitu-gitu aja.
Suatu hari aku mikir, “Lha, ini luas banget kenapa nggak aku manfaatin buat nanam sayur?”
Ditambah lagi limbah galon bekas air mineral makin hari makin banyak
Akhirnya aku sulap limbah galon bekas jadi pot tanaman dengan konsep self watering.
Soal media tanam pun sebenarnya udah melimpah dari kandang ayam dan kandang kelinci, jadi tunggu apalagi?
Akhirnya aku mulai nanam sayuran favorit.
Ada kangkung yang gampang banget tumbuh, timun buat lalapan, tomat sampai cabe biar nggak khawatir kalau harga di pasar naik.
Aku juga coba tanam bawang daun, seledri, plus beberapa tanaman panjang umur kayak jagung, kacang merah, kacang panjang, dan kacang buncis.
Atap beton yang tadinya panas dan bikin mata silau, sekarang berubah jadi kebun hijau yang adem.
Rasanya tiap sore aku betah nongkrong di atas, sambil nyiram tanaman dan lihat mereka tumbuh.
Kolam Bawah Rumah jadi Lumbung Ikan
Di bawah rumah ada kolam kecil yang dulu sering dipakai cuma buat nampung air hujan.
Makin kesini malah jentik nyamuk tumbuh liar.
Aku mikir cara membasmi jentik tersebut tapi gak pake zat kimia.
Alhasil setelah diskusi dengan suami, kami memutuskan untuk menabur bibit ikan nila merah sebagai musuh alami jentik-jentik nyamuk.
Cuma karena kolamnya tidak mendapat cahaya matahari optimal, jadi pertumbuhan nila pun gak sesuai harapan.
Usaha gak berhenti sampai itu aja, setelah ikan nila dipanen, digantilah dengan bibit ikan lele dan patin.
Aku pilih lele sama patin karena gampang banget dirawat dan tahan banting.
Sekarang kalau malam-malam pengin makan ikan goreng, aku nggak perlu ke pasar.
Tinggal jala, ambil lele dari kolam, langsung masak.
Segarnya dapet, hematnya juga kerasa.
Kadang kalau ada teman main ke rumah, mereka suka takjub, “Serius ini lele dari bawah rumahmu?” dan aku cuma bisa nyengir bangga.
Halaman Samping Jadi Kandang Ternak
Halaman samping rumah juga nggak mau kalah.
Aku bikin kandang kecil-kecilan buat hewan peliharaan.
Awalnya cuma lima ekor, eh sekarang jadi banyak.
Tiap pagi aku bisa panen telur segar buat sarapan.
Rasanya beda banget sama telur beli di pasar, kayak lebih gurih, lebih “hidup” aja.
Selain ayam, aku coba tambah koleksi unggas.
Ada kalkun yang badannya gede dan bikin halaman makin rame, merpati yang awalnya aku pelihara gara-gara dikasih tapi ternyata dagingnya enak juga, dan kelinci yang lucu banget tapi juga cepat berkembang biak.
Puncaknya aku nekat pelihara domba tapi dibantu ngurus sama tetangga.
Jujur, awalnya agak bingung, tapi ternyata mereka cukup gampang dirawat.
Domba-domba itu aku kasih makan rumput sekitar rumah, jadi nggak terlalu ribet soal pakan.
Emmm... Karena udah ada yang bantu ngurus juga sih kalo domba.
Dan tiap lihat domba ngemil dengan santai, rasanya damai banget.
Saling Melengkapi, Nggak Ada yang Sia-Sia
Salah satu hal paling seru adalah ternyata semuanya saling mendukung. Misalnya:
Kotoran ayam, domba, dan kelinci bisa jadi pupuk buat tanaman di atap.
Sisa sayuran yang layu aku kasih ke kelinci, mereka lahap banget.
Air kolam lele aku pakai buat siram tanaman, jangan salah! nutrisinya kaya banget.
Jadi, dari ternak ke kebun, dari kebun ke ternak, semuanya muter.
Nggak ada yang sia-sia sama sekali.
Hidup Jadi Lebih Bermakna
Banyak banget manfaat yang aku rasain sejak mulai mandiri pangan.
Belanja dapur lebih hemat, karena beberapa kebutuhan memang sudah tersedia di rumah.
Makanan lebih sehat, aku tahu persis apa yang masuk ke ayam, domba, dan sayuran.
Nggak panik harga naik, cabe mahal? Santai aja, tinggal petik.
Punya hiburan baru, daripada main HP terus, sekarang aku lebih sering main sama kelinci atau sama ayam.
Tapi paling sering sih nguyel-nguyel kucing yang emang di adopsi khusus buat nemenin aku di rumah.
Dan yang penting, aku ngerasa lebih “merdeka”.
Rasanya tenang banget tahu kalau di rumah sudah ada stok pangan sendiri.
Tips Buat yang Pengen Ikut Coba
Kalau kamu kepikiran buat mandiri pangan juga, jangan langsung besar, tapi mulai dari hal kecil.
Misalnya tanam kangkung di pot atau pelihara ayam kampung sepasang.
Dari situ nanti kamu bakal ketagihan sendiri.
Jangan takut gagal, aku pun sering kok, tanaman layu, ayam sakit, atau lele mati.
Namanya belajar pasti ada jatuh-bangunnya, yang penting jangan berhenti! Lama-lama bakal terbiasa.
Sekarang aku sadar, punya atap beton luas, kolam di bawah rumah, dan halaman samping ternyata rezeki besar.
Daripada kosong dan nggak kepakai, lebih baik dimanfaatkan.
Dari situ lahirlah mini farm versiku: ada ayam, kalkun, merpati, kelinci, domba, ikan lele, ikan patin, plus kebun sayuran di atap yang hijau.
Aku nggak bilang ini mudah, tapi percayalah, hasilnya bikin hati puas.
Rasanya kayak punya lumbung pangan sendiri, langsung di rumah.
Dan aku yakin, kalau aku bisa, kamu juga bisa.
Mulai aja dari satu pot cabe atau satu ekor ayam, siapa tahu nanti berlanjut jadi mini farm yang bikin hidupmu lebih bahagia.***















