Pusat Informasi

Memilih Slow Living, Refleksi dari Sibuknya Dunia

dianti.site- Asli sih, sebelum mengenal konsep slow living, sebelumnya aku pernah ada di fase capek sama sikap diri sendiri yang ambisius.

Seolah semuanya harus dikerjakan demi mengejar cita-cita yang disebut sebagian orang dengan kata "sukses".

Sekedar ngintip story teman-teman di sosial media pun malah berakhir dengan membandingkan nasib.

"Kok si onoh hidupnya mulus, karirnya sukses, dan lain-lainnya, sedangkan aku??"

Pliss, itu pernah jadi kesalahan aku yang seharusnya tidak aku lakukan.

Sikap kayak gitu sih sama aja jahat sama diri sendiri, karena lebih fokus ke pencapaian orang lain daripada fokus mengapresiasi diri yang sudah berusaha mengejar target kehidupan.

Mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain jadi sinyal penting untukku mengambil langkah penting.

Alhasil aku mengambil langkah yang paling realistis untuk rehat sejenak dari sosial media dengan segala tipu daya yang aya, asssiiik.

Diskusi dengan suami untuk evaluasi diri, memetakan kembali langkah biar tetep on the track pun dilakukan.

Yang cukup ekstrim sih, resign dari beberapa pekerjaan demi menemukan jati diri yang seolah hilang tenggelam dengan kesibukan.

Kurang lebih dalam sebulan, aku hanya melakukan rutinitas harian yang ringan, tanpa mikir keras, yaudahlah let it flow gitu konsepnya.

Dalam pencarianku, akhirnya bertemulah dengan konsep slow living.

Otomatis dong "konsep ini kayaknya gue banget,", santai tapi bukan berarti gak produktif.

Slow Living, Hidup Santai di Tengah Dunia yang Sibuk

Tenang, ini bukan konsep soal menjalani kehidupan jadi lambat dalam segala hal, tapi lebih ke menikmati hidup dengan lebih santai dan sadar.

Slow Living Itu Apa Sih?

Sederhananya, slow living adalah cara hidup yang ngajak kita buat lebih menikmati momen, nggak terburu-buru, dan fokus ke hal-hal yang beneran penting. 

Ini bukan soal malas-malasan, ya gaes ya. 

Slow living itu tentang memilih kualitas daripada kuantitas. 

Dengan slow living, kita bisa lebih mindful dan menikmati hidup tanpa tekanan.

Kenapa Aku Memilih dan Cocok dengan Konsep Slow Living?

Hidup di zaman sekarang yang serba cepat, untuk aku pribadi, slow living jadi kayak oase di tengah gurun.

Hidup jadi lebih berkualitas tapi beneran masih produktif, dan tanpa khawatir dikejar-kejar deadline.

Beberapa manfaat yang udah aku rasakan setelah menerapkan konsep slow living pun gak main-main, seperti:

1. Bikin Lebih Relax

Hidup nggak dikejar-kejar waktu beneran bikin aku lebih rileks. Konsekuensinya ya gausah banyak-banyak ambil kerjaan.

Sebenernya sayang sama cuan yang terlewat gitu aja, tapi hidup itu tentang tenang dulu gak sih?

2. Menjaga Kesehatan Mental

Otak juga butuh istirahat, slow living bikin pikiran kita lebih tenang. 

Konsep hidup kayak gini sih lebih ke "yaudah", "jalani, nikmati, syukuri", dan "tidak serakah"

3. Lebih Fokus dan Kreatif

Pas nggak sibuk multitasking, ide-ide keren biasanya lebih gampang muncul.

Contoh sederhananya sih saat masak, tiba-tiba kepikiran challenge buat masakan yang sebelumnya gak pernah dicoba.

Dan itu dikerjakan sampe beres tanpa rarudet, pake garnish cantik, makanannya dinikmati saat lagi hangat-hangatnya.

4. Hubungan Jadi Lebih Dekat

Saat nggak sibuk sendiri, aku bisa lebih hadir buat orang-orang terdekat.

Nelpon mama untuk sekedar nanya hal receh, atau ngobrol tiap sore saat suami pulang kerja, sambil menikmati teh hangat dan menikmati pemandangan dari atap rumah.

Gimana Mulai Slow Living?

Dari pengalamanku memulai slow living, ternyata nggak harus langsung drastis kok. 

Coba aja mulai langkah kecil ini:

1. Nikmati Waktu Ngopi

Daripada buru-buru, coba deh nikmatin kopi pagi kamu sambil dengerin lagu atau podcast favorit.

2. Stop Multitasking

Fokus ke satu hal dulu, hasilnya pasti lebih maksimal.

Misal, kalo lagi masak, ya masak aja dulu, ga usah sambil cuci piring ga apa-apa banget.

Kalo lagi dandan, ya dandan aja dulu, ga usah sambil cek daftar kerjaan yang belum selesai.

3. Kurangi Gadget Time

Coba sesekali matiin notifikasi ponsel dan nikmati waktu tanpa distraksi. 

Gak apa-apa kok sesekali jadi orang yang gak selalu fast respon.

Agak sadis sih peribahasanya "belajar tega ke orang lain demi menyayangi diri sendiri"

4. Pilih yang Penting-Penting Aja

Nggak semua hal harus dikerjain cepet, tapi susun skala prioritas, utamakan yang membuat bahagia.

Tantangan Slow Living

Jujur aja, nggak gampang buat mulai slow living, apalagi kalau lingkungan kita mendukung gaya hidup serba cepat. 

Tapi, dengan niat dan kesadaran, kamu pasti bisa pelan-pelan menerapkan ini.

Kesimpulannya, slow living itu bukan soal jadi lambat, tapi soal menikmati hidup dengan cara yang lebih bermakna, yuk bisa yuk!

Mental Sehat, Ibu Happy! Yuk Mulai dengan Ritual Pagi yang Simpel

Ritual Pagi


dianti.siteKesehatan mental itu penting banget buat semua orang, termasuk para ibu yang selalu sibuk. 

Salah satu cara simpel tapi powerful buat ngejaga kesehatan mental adalah dengan punya ritual pagi yang oke.

Ritual pagi ini bukan sekadar trend, tapi emang udah diakui banyak ahli sebagai langkah awal buat menjaga kesehatan mental. 

Apalagi buat yang lagi struggle sama depresi atau anxiety, ritual pagi bisa banget bikin hari jadi lebih terarah dan mood jadi jauh lebih baik. 

Percaya deh, kalau lupa atau skip ritual penting ini, pasti bakal berasa ada yang kurang.

Tapi nggak usah ribet kok, ritual paginya bisa disesuaikan suka-suka aja. 

Cuma punya waktu 30 menit? No problem! Yang penting manfaatin waktu itu buat bikin pagimu lebih positif. 

Kalau emang lagi hectic banget, nggak usah maksain semua kegiatan. 

Cukup pilih yang paling penting aja.

Nah, ini dia 5 ritual pagi simpel yang bisa dicoba buat nge-boost kesehatan mental:

1. Rapiin Tempat Tidur

Rapiin tempat tidur tuh kelihatannya sepele, tapi efeknya besar banget! 

Pas lihat kamar udah rapi pagi-pagi, rasanya kayak satu tugas udah selesai, dan itu bikin mood naik. 

Ini kayak pesan buat diri sendiri: “Aku bisa mulai hari ini dengan beres!” Gampang, kan? Cuma butuh waktu beberapa menit, kok.

2. Minum Air Putih

Tahu nggak sih, bangun tidur itu badan sering dehidrasi? 

Makanya, mulai pagi dengan minum air putih itu wajib banget. 

Minum 1-2 gelas air pas bangun bisa bikin tubuh segar, pikiran lebih jernih, dan mood lebih stabil.

Bonusnya, jadi lebih siap buat hadapi agenda harian yang bejibun.

3. Sarapan Sehat

Sarapan bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal bikin mood dan energi stabil. 

Pilih makanan simpel tapi bergizi seperti telur, kentang rebus, atau sayur-sayuran. 

Hindari makanan olahan ya, lebih bagus makan yang fresh dan real food

Sesekali boleh lah makan nasi uduk, bubur ayam, soto ayam, dll.

4. Jauhi Gadget

Gadget emang susah banget dilepas, tapi coba deh tahan diri buat nggak langsung scrolling pas bangun tidur. 

Kebiasaan buka media sosial atau baca berita pagi-pagi bisa bikin stres datang duluan. 

Kalau butuh buka gadget, cukup cek notifikasi penting aja, sisanya, simpan buat nanti.

5. Gerakin Badan

Olahraga pagi nggak perlu berat-berat, kok. 

Peregangan ringan aja udah cukup buat ngelancarin aliran darah dan bikin badan lebih segar.

Bonusnya, olahraga juga ngebantu otak buat lepasin endorfin (hormon bahagia) yang bikin stres kabur.

Dengan mulai pagi pakai ritual-ritual simpel ini, kesehatan mental dan fisik bakal lebih terjaga.

Plus, jadi lebih siap buat ngadepin hari dengan vibe yang positif. Yuk, mulai sekarang! ✨

Adu Nasib: Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga vs Ibu Bekerja

AKesehatan Mental Ibu Rumah Tangga vs Ibu Bekerja


dianti.site- Mau ibu rumah tangga yang full di rumah atau ibu bekerja, peran seorang ibu itu sangat penting dalam keluarga, nggak cuma jaga tubuh, tapi juga kesehatan mentalnya. 

Jadi ibu tuh nggak cuma harus sehat fisik, tapi juga harus punya mental yang oke, biar bisa menghadapi segala tekanan hidup, tetap produktif, dan memberi dampak positif ke keluarga dan sekitar.

Tapi belakangan ini di sosial media banyak ibu yang mengaku kondisi mentalnya bermasalah.

Soal masalah kesehatan mental, itu dipengaruhi banyak hal, mulai dari psikologis, sosial, hingga biologis.

Yaaa, faktor internal maupun eksternal jadi penyebab mental ibu terganggu kalau nggak hati-hati.

Sebelum bahas lebih dalam, jadi ibu itu penting harus sehat mental! Begini...

Kenapa Kesehatan Mental Ibu Itu Penting?

Kenapa sih penting banget ibu punya mental yang sehat? 

Karena mental yang sehat itu pengaruhnya gede banget buat kondisi keluarga. 

Ibu yang kerja bisa banget ngerasain stres karena tekanan di kantor dan di rumah. 

Ibu rumah tangga juga nggak kalah, sering kali stres karena urusan rumah yang nggak selesai-selesai.

Makanya, penting banget untuk tahu gejala gangguan mental pada ibu, baik yang kerja maupun yang di rumah aja. Soalnya, ini bukan cuma buat ibu, tapi buat kelangsungan keluarga juga.

Pengalaman Jadi Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga

Curhat aja ini mah yaaa, hihi

Meski belum punya anak, aku sih yesss (mas anang kali, hihihi) intinya aku merasa bangga banget bisa disebut ibu. 

Aku pernah jadi ibu yang kerja ala-ala budak corporate, terus juga pernah jadi ibu rumah tangga yang full seharian di rumah aja.

Tapi pada akhirnya sekarang coba gabungin keduanya, tapi jangan panggil aku ibu hybrid, wkwkwk . 

Keputusan resign dan fokus di rumah tuh jadi pencapaian yang luar biasa buat aku pribadi.

Tapi meskipun di rumah, kerja tetap penting, malah wajib, apalagi buat seorang muslimah. 

Menurut saya, jadi ibu kerja atau ibu rumah tangga, dua-duanya punya tantangan masing-masing. 

Tapi kalau ditanya apa tantangan terbesar, itu sih melawan rasa malas atau lagi mood swing.

Makanya, penting banget buat selalu bahagia biar bisa menjalani semua tugas ibu dengan maksimal.

Mengenali Gangguan Mental pada Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga

Nah, sekarang apa sih yang menjadi pengganggu kesehatan mental ibu-ibu?

Menurut dokter Rilla Fitrina Sp. KJ, yang dilansir dari Halodoc, stres dan depresi tuh masalah mental yang sering banget dialami ibu. 

Stres itu muncul kalau seseorang nggak bisa ngelola tekanan, baik itu mental atau emosional. 

Stres ringan sih bisa diatasi, tapi kalau nggak ditangani, bisa jadi depresi.

Selain itu, ibu-ibu, baik yang kerja maupun nggak, sering banget kena anxiety atau cemas berlebih.

Masalah rumah tangga, kurangnya dukungan dari keluarga, atau rutinitas sehari-hari yang bikin cemas itu bisa jadi penyebabnya.

Nah, di sini penting banget dukungan dari suami atau keluarga, dan luangkan waktu buat diri sendiri atau me-time biar tetap sehat mentalnya.